Salam

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Selamat Datang dan Bergabung dengan Saya...! Semoga Blog ini Bisa Menambah Wawasan Kita. Kritik dan Saran yang Membangun sangat Kami Harapkan.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Rabu, 28 Oktober 2009

Puisi : Beberapa Penyair

 SURAT DARI IBU

Pergi ke dunia luas, anakku sayang

Pergi ke dunia bebas

Selama angin masih angin buritan

Dan matahari pagi menyinari daun-daunan

Dalam rimba dan padang hijau
Pergi ke laut bebas, anakku sayang

Pergi ke alam bebas!

Selama hari belum petang

Dan warna senja belum kemerah-merahan

Menutup pintu waktu lampau.



Jika bayang telah pudar

Dan elang laut pulang ke sarang

Angin bertiup ke benua



Tiang-tiang akan kering sendiri

Dan nakhoda sudah tahu pedoman

Boleh engkau datang padaku



Kembali pulang anakku sayang

Kembali ke balik malam!

Jika kapalmu telah rapat ke tepi

Kita akan bercerita

“Tentang cinta dan hidupmu lagi”



Asrul Sani

(1926-2004




KEPADA ADIK-ADIKKU



Adik-adikku yang manis

Janganlah bertanya kemana ibu pergi

Karena ibu tidak pernah pergi

Dari rumah kita



Adik-adikku yang manis

Ibu akan selalu bersama kita

Tidur dalam satu ranjang dalam satu pelukan

Dalam dongeng-dongeng yang menyenangkan

Tentang suarga



Adik-adikku yang manis

Janganlah kalian menangis

Tak adalah yang patut ditangisi selain dosa –dosa kita

Adapun ibu tak akan pernah pergi

dari hati kita

bersyukurlah kita sebab kita akan selalu mengenangnya



Adik-adikku yang manis

Potret yang terbaik, potret yang Tercantik

Adalah yang tersimpan di dalam hati kita.

“Terimakasih Tuhan!”

Ucapkan kalimat itu sayang\

Sebab pada hari ini Tuhan telah selesai membangun rumah terindah

Buat ibu

Dan kita

Amien



Arifin C. Noor

1964



     SELAMAT ULANG TAHUN


                NENEKKU



Karya ini dipersembahkan

untuk nenek tercinta


(Sasha)

Nenek,

Di saat ini usiamu telah bertambah

Engkau masih tetap semangat

Walau sakit menerpamu


(Fathiya)

Nenek,

Kapankah engkau akan pensiun

Mengapa kalau kita-kita lagi datang ke rumah nenek

Engkau sedang bekerja atau mengetik

Bukankah di rumah untuk istirahat?



(Fathiya dan Sasha)

Nenek

Di saat hari ulang tahunmu

Banyak saudara yang datang

Mengucapkan

“Selamat ulang tahun ya,

Semoga panjang umur dan sehat selalu.”



Kota Bunga, Cipanas

23 Februari 2004













`Sebuah Jaket Berlumuran Darah

               (Taufik Ismail)

sebuah jaket berlumuran darah

kita semua menatapmu

telah terbagi duka yang agung

dalam kepediha bertahu-tahun



sebuah sungai membatasi kita

di bawah terik matahari Jakarta

antara kebebasan dan penindasan

berlapis senjata dan sangkur baja



akan mundurkah kita sekarang

seraya mengucapkan “Selamat tinggal perjuangan”

berikan setia kepada tirani

dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?



Spanduk kumal itu, ya spanduk itu

Kami semua menatapmu

Dan di atas bangunan-bangunan

Merunduk bendera setengah tiang


Pesan itu telah sampai kemana-mana

Melalui kendaraan yang melintas

Abang-abng beca, kuli-kuli pelabuhan

Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa

Prosesi jenazah ke pemakaman

Mereka berkata

Semua berkata

LANJUTKAN PERJUANGAN!

(Tirani dan Benteng, 1966)





           Doa

Kepada pemeluk teguh  
    (Chairil Anwar)

Tuhanku

Dalam termangu

Aku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguh

Mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci

tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

tuhanku

aku hilang bentuk

remuk

tuhanku

aku mengembara di negeri asing

tuhanku

di pintuMu aku mengetuk

aku tidak bisa berpaling







DOA DI JAKARTA


Tuhan Yang Maha Esa

alangkah tegangnya

melihat hidup yang tergadai

pikiran yang dipabrikkan

dan masyarakat yang diternakkan

Malam rebah dalam udara yang kotor

Di manakah harapan akan dikaitkan

bila tipu daya telah menjadi seni kehidupan?

Dendam diasah di kolom yang basah

siap untuk diseret dalam gelombang edan

Perkelahian dalam hidup sehari-hari

telah menjadi kewajaran

Pepatah dan petitih

tak akan menyelesaikan masalah

bagi hidup yang bosan

terpenjara tanpa jendela.

Tuhan yang Maha Paham

alangkah tak masuk di akal

jarak selangkah

yang berarti empat puluh tahun gaji seorang buruh

yang memisahkan

sebuah halaman bertaman tanaman hias

dengan rumah-rumah tanpa sumur dan WC

Hati manusia telahmenjadi baja

bagai DASH_BOARD yang acuh

panser yang angkuh

traktor yang dendam

Tuhan Yang Maha Rahman

Ketika air mata menjadi gombal

dan akata-kata menjadi Lumpur becek

aku menoleh ke utara dank e selatan

Di manakah Kamu?

Di manakah tabungan keramik untuk uang logam

Di manakah catatan belanja harian

Di manakah peradapan?

Tuhan Yang Maha Hakim

Harapan kosong, optimisme hampa

Hanya akal sehat dan daya hidup

Menjadi peganganku yang nyata.





   JEMBATAN


Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung

air mata bangsa. kata-kata telah lama terperang-

kap dalam basa dalam teduh pekewuh dalam

isyarat dan kilah tanpa makna

Maka aku pun pergi menatap pada wajah

orang berjuta

Wajah orang tergusur

Wajah yang ditilang malang

Wajah legam para pemulung yang memungut

remah - ramah pembangunan

Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar

penonton etalase indah di berbagai plaza

Wajah yang diam-diam menjerit melengking

melolong dan mengucap

tanah air kita satu

bangsa kita Satu

bahasa kita satu bendera kita satu.

Tapi wahai saudaraku satu bendera, kenapa

kini ada sesuatu yang terasa jauh beda di antara kita?

Sementara jalan-jalan mekar di mana-mana

menghubungkan kota-kota, jembatan-jembatan

tumbuh kokoh merentangi semua sungai dan lembah yang

ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani

jurang di antara kita?

Di lembah-lembah kusam pada pucuk tulang kersang

dan otot linu mengerang mereka pancangkan koyak-

moyak bendera hati, dipijak ketidakpedulian pada saudara

Gerimis tak mampu mengucap kibaran-

nya. Lalu tanpa tangis mereka menyanyi:

Padamu negeri

Air mata kami.

(Sutardji Calzoum Bahri)

1 komentar:

  1. makasih ya pak! sangat membantu kami mengerjakan tugas. lebih banyak puisinya dong!

    BalasHapus

Setelah membaca blog ini, harap meninggalkan komentar, tentu yang bersifat membangun.